Dalam rangka memutus penyebaran dan penularan TB, UPTD Puskesmas Kokap I bekerjasama dengan ZeroTb Yogyakarta menyelenggarakan Pemeriksaan TB di Balai Kalurahan Hargomulyo pada Kamis (13/01/2022). Pemeriksaan ini melibatkan tenaga dan kader kesehatan dan menyasar masyarakat Kalurahan Hargomulyo yang memiliki gejala yang dapat mengarah pada TB, seperti batuk, sesak nafas, dan bersin.
Mengutip dari laman Zerotb Yogyakarta
Tuberkulosis atau yang sering disingkat menjadi TB atau TBC adalah sebuah penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini dapat menyerang hampir seluruh tubuh manusia. Namun, organ yang paling sering diinfeksi adalah paru-paru, sehingga sering juga disebut TBC paru.
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dengan beban kasus TBC tertinggi di dunia setelah China dan India. Berdasarkan Survei Prevalensi Tuberkulosis tahun 2013-2014, prevalensi TB di Indonesia adalah sebesar 759 per 100.000 penduduk berumur 15 tahun ke atas. TBC Paru menjadi salah satu penyumbang penyebab kematian tertinggi di Indonesia.
TBC ditularkan melalui droplet atau percik cairan dahak dan air liur dari penderita saat ia batuk, bersin, atau bahkan berbicara. Lingkungan hidup yang sangat padat kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas meningkatnya jumlah kasus TBC. Jika orang sehat menghirup droplet penderita TBC, maka bakteri TBC akan masuk ke saluran pernapasan dan menetap di jaringan paru-paru. Di sini ia dapat bersarang atau terbawa masuk ke organ tubuh lainnya.
Dengan demikian, banyak masyarakat di Indonesia yang berisiko terpapar bakteri TBC. Sebagian besar orang yang terpapar akan mengalami infeksi TBC. Namun, hanya sekitar 10% yang terinfeksi akan menjadi sakit TBC. Hal ini tergantung pada jumah kuman yang terhirup, lamanya sejak terinfeksi, daya tahan tubuh, dan usia.
Orang yang hanya terinfeksi TBC tidak akan bergejala. Sedangkan orang yang sakit TBC akan mengeluhkan gejala. Keluhan pada pasien dewasa umumnya adalah batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurut, berat badan menurut, keringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan, dan lain-lain.
TBC Paru didiagnosis dengan pemeriksaan oleh dokter dan ditegakkan dengan pemeriksaan bakteriologis laboratorium dahak, misalnya dengan mikroskopis, Tes Cepat Molekuler (TCM), atau pemeriksaan biakan. TCM saat ini merupakan sarana penegakan diagnosis yang sering dipilih karena kemudahan dan akurasinya yang tinggi.
Pasien dapat disembuhkan dengan mengonsumsi Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang umumnya terdiri dari minimal 4 jenis antibakteri selama 6-9 bulan, tergantung dari kasus TBC Paru yang diderita. Prinsip dari pengobatan TBC adalah bahwa obat perlu ditelan secara teratur dan tidak boleh terputus untuk mencegah kekambuhan. Selain untuk menyembuhkan, pengobatan TBC juga akan meningkatkan kualitas hidup pasien.